Selasa, 31 Mei 2011

Pengembangan Ekoregion Kawasan Pesisir Berbasis Mangrove RhizophoraChitecture (MRaC)


 
Kawasan pesisir menjadi target dari pengembangan ekoregion di Indonesia, yaitu sebuah model pengembangan kawasan yang pembangunannya berbasis lingkungan.


Indonesia merupakan negara kepulauan dengan total pulau 17.500 buah dan memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada.


Dominasi lautan Indonesia sebesar 5,8 juta km2 dibandingkan luas daratan Indonesia yang hanya 1,9 juta km2 (www.unisosdem.org, 2010). Berdasarkan data ini, kawasan pesisir di Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan, dengan menggunakan konsep ramah lingkungan untuk menjamin keberlangsungannya dan dalam tahun-tahun terakhir , pengembangan kawasan pesisir meningkat, terutama diiringi dengan tren untuk menerapkan teknologi hijau (green technology) di kawasan tersebut (Prawiro dkk., 2011). 


 

Mangrove RhizophoraChitecture (MRaC) merupakan arsitektur alternatif hijau masa depan yang memanfaatkan Rhizophora spp., sebagai komponen biomaterial struktur utama bangunan. Pembangunan dengan konsep tersebut menjadi pendukung bagi teori ekoregion, yaitu mencegah kerusakan lahan mangrove dengan tetap mempertahankan bahkan melestarikan keberadaannya.
Mangrove merupakan salah satu flora kawasan pesisir, dan merupakan salah satu dari sekian banyak sumber daya alam yang semakin tersingkir seiring dengan berjalannya berbagai pembangunan di kawasan pesisir. Lahan hutan mangrove dikonversi menjadi areal pemukiman, pabrik serta perdagangan. Kerusakan hutan mangrove berpotensi untuk menimbulkan kerusakan lebih terhadap kehidupan flora-fauna eksisting, karena hutan mangrove merupakan habitat bagi ikan maupun fauna laut yang lain untuk berkembang biak.

Indonesia yang merupakan negara tropis memiliki hutan mangrove seluas 4,25 juta ha dan tersusun oleh lebih dari 45 jenis dari 20 suku mangrove. 


Dari seluruh jenis Mangrove yang ada di Indonesia, mangrove jenis Rhizophora spp., merupakan sub spesies yang terkuat. Rhizophora spp., termasuk dalam family Rhizophoracae, yang umumnya berciri-ciri memiliki akar tunjang/jankauan/stilt roots.
Akar tersebut menyebabkan rumpun bakau (Rhizophora spp.,) mampu memantulkan, meneruskan, dan menyerap energi gelombang tsunami yang diwujudkan dalam perubahan tinggi gelombang tsunami melalui rumpun tersebut (Istiyanto dkk., 2003). Gelombang laut setinggi 1,09 m di Teluk Grajagan, Banyuwangi dengan energi gelombang  sebesar 1.493,33 Joule tereduksi gelombangnya oleh hutan mangrove menjadi 0,73 m (Pratikno dkk., 2002).
Kayu mangrove Rhizophora spp., umumnya digunakan dalam konstruksi jembatan, kolom dan tiang kaso bangunan karena kekuatannya dan karena sifat batang kayunya yang cenderung lurus dan tahan lama (Rusila dkk., 1999, Inoue dkk., 1999).
Penelitian di laboratorium (Prawiro, dkk., 2009) menunjukkan, bahwa kekuatan tekan kayu mangrove dengan sub spesies Rhizophora apiculata mencapai 60 Mpa, yaitu setara dengan beton mutu tinggi yang digunakan pada tiang pancang bangunan, serta mampu menahan beban tarik sebesar 67 Mpa.

Selain dari kekuatannya, akar mangrove Rhizophora spp., dengan konfigurasinya yang unik membentuk ruang yang berpotensi untuk menjadi ruang aktifitas bagi manusia. Ini merupakan dasar dari konsep Mangrove RhizophoraChitecture.
Ruang terbentuk dari konfigurasi tiga jenis akar Rhizophora spp., yaitu (1) akar tunggang, (2) akar tunjang dan (3) akar udara (Rusila Noor, Y.m. Khazali, dan I.N.N. Suryadiputra. 1999).
a. akar tunggang (prop roots)
Merupakan akar utama tanaman, sebagai transport makanan serta nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman.
b. akar tunjang (stilt roots)
Merupakan akar yang berfungsi sebagai penguat tanaman. Tercipta sebagai akibat dari adaptasi tanaman terhadap lingkungan intertidal yang memiliki kadar salinitas tinggi.
c. akar udara (aerial roots)
Merupakan akar yang memiliki karakteristik seperti akar tunjang, kelebihannya adalah dapat tumbuh dari batang dengan ketinggian mencapai 5 meter.
Konsep ruang MRaC mendasarkan akar tunjang sebagai struktur penahan batang agar tidak roboh. Sedangkan akar udara merupakan akar tunjang yang dapat keluar dari batang mencapai ketinggian 5 m dari substrat sehingga membentuk ruang.

Konsep ruang MRaC memungkinkan terciptanya dua jenis ruang yang tercipta, yaitu ruang yang diciptakan oleh konfigurasi perakaran individu Rhizophora spp., maupun yang tercipta dari beberapa individu tersebut (Prawiro dkk., 2011).
Untuk kedepannya, pengembangan ekoregion di kawasan pesisir sudah saatnya untuk mulai menggunakan potensi konteks lingkungan (karena kita bangsa indonesia, Negara kepulaun Maritim), seperti memanfaatkan semua potensi alam termasuk mangrove sebagai biomaterial bangunan/rumah tinggal. Pola pikir masyarakat diubah melalui pengembangan kawasan yang tidak merusak, bahkan justru melestarikannya dan dari kami sendiri Penelitian Mangrove RhizophoraChitecture (MRaC) terutama mengenai pengembangan ruang alami perlu terus dikembangkan, serta perlu diadakan penelitian yang mendukung agar kajian yang dihasilkan lebih mendalam dan terimplementasi dengan baik.


Blogging Competition Compfest 2011
Melalui COMFEST 2011 ini,, harapan kami adalah untuk terus berinovasi dan berkarya untuk kemajuan bangsa yang mandiri,, menjaga Alam,, dan go living green.....